Miskonsepsi dalam Pembelajaran Kimia


     Hasil gambar untuk bingung

     Kimia merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menekankan pada penguasaan konsep. Dalam proses pembelajaran, konsep merupakan hal yang perlu dipahami, dipelajari dan dikuasai oleh siswa.
Siswa dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Adanya interaksi tersebut akan mempermudah siswa dalam berkomunikasi dan apabila ia menerima rangsangan dari lingkungannya maka ia memberikan aksi atau tindakan terhadapnya. Pada kegiatan tersebut siswa telah memperoleh pengalaman fisik dan mempelajarinya. Pengalaman fisik memungkinkan siswa mengembangkan aktivitas atau daya otaknya sehingga ia mampu mentransfer aktifitas fisiknya menjadi gagasan-gagasan atau ide-ide sehingga terjadi proses berpikir. Jadi konsep merupakan proses abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan memungkinkan manusia berpikir.
Dari penjelasan diatas jadi konsep adalah gagasan atau ide tentang suatu yang disepakati bersama berdasarkan pemahaman ilmiah. Konsepsi (persepsi) adalah pandangan atau pemahaman terhadap suatu konsep.

     Konsep kimia terbentuk dalam diri siswa secara berangsur-angsur melalui pengalaman dan interaksi mereka dengan alam sekitarnya (Faridah, 2004) Di sekolah, mata pelajaran kimia dianggap sulit oleh sebagian besar siswa, sehingga banyak siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak berhasil dalam belajar kimia. Enawati et al (2004) mengatakan bahwa diantara para siswa SMA berkembang anggapan bahwa mata pelajaran MIPA terutama kimia merupakan mata pelajaran tersulit dan menjadi momok di kalangan mereka, sehingga tidak heran jika sebagian mereka tidak mencapai ketuntasan minimum dalam mata pelajaran kimia.

     Banyak faktor yang menyebabkan siswa tidak mencapai ketuntasan minimum yang ditentukan sekolah dalam belajar kimia, diantaranya yaitu kurangnya pemahaman konsep dan juga banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi. Kurangnya pemahaman konsep tersebut terjadi karena sebagian besar konsep kimia bersifat abstrak, seperti konsep tentang atom, molekul, orbital, kesetimbangan dan laju. Kean dan Middlecamp (1984) dalam Effendy (2002) mengatakan bahwa
(1) sebagian besar konsep kimia bersifat abstrak,
(2) konsep-konsep kimia pada umumnya merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya (analogi),
(3) konsep kimia bersifat berurutan. Sedangkan miskonsepsi dapat terjadi karena prakonsepsi yang salah (pemahaman atau konsep yang dimiliki oleh siswa sebelum masuk kelas).

     Miskonsepsi dalam pelajaran kimia akan sangat fatal dikarenakan konsep-konsep kimia saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga kesalahan konsep di awal pembelajaran akan berpengaruh kepada pelajaran lanjutan, hal ini akan bermuara pada rendahnya kemampuan siswa dan tidak tercapainya ketuntasan belajar.

    Kesalahan-kesalahan dalam pemahaman konsep (miskonsepsi) kimia akan memberikan penyesatan lebih jauh jika tidak dilakukan pembenahan. Anehnya miskonsepsi itu sering sekali tidak disadari oleh pengajar kimia. Bahasan mengenai miskonsepsi tentang pelajaran kimia sudah sangat banyak diteliti oleh para guru, mahasiswa, peneliti-peneliti di Indonesia. Namun dari apa yg mereka hasilkan itu sangat sedikit yg dipublikasikan di internet. Entah alasannya apa, mungkin takut dijiplak. Padahal jika hasil-hasilnya dipublikasikan tentu akan sangat berguna bagi praktisi pengajar untuk mata pelajaran yg menjadi fokus penelitiannya. Tapi kalo kita melakukan penjelajahan dengan search engine dengan menggunakan bahasa inggris maka kita bisa jumpai banyak hal terkait miskonsepsi dalam pelajaran kimia ini.

Secara garis besar penyebab miskonsepsi menurut (Suparno, 2004. hal : 34) terbagi atas lima kelompok yaitu:
1.    Siswa
2.    Guru
3.    Buku teks
4.    Konteks
5.    Metode belajar

Banyak cara untuk menentukan, mengidentifikasi dan mendeteksi terjadinya miskonsepsi kimia pada peserta didik. Salah satunya adalah tes diagnostik. Tes diagnostik digunakan untuk menentukan bagian tertentu pada suatu mata pelajaran yang memiliki kelemahan dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangan tersebut. Tes diagnostik juga dapat digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam belajar. Tujuan penggunaan tes ini adalah untuk menentukan pengajaran yang perlu dilakukan dimasa yang akan datang.

Permasalahan :
Dalam proses belajar mengajar, setiap guru memiliki cara mengajar yang berbeda-beda. Ada guru yang menjelaskan dengan metode ceramah, ada yang menerapkan model dan metode agar siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran, ada juga seorang guru yang malas mengajar dan hanya memberikan tugas serta materi pembelajaran siswa sendiri yang mencari di internet. Seperti kita ketahui bahwa materi pembelajaran di internet banyak sekali khususnya blog yang tidak terpercaya sumbernya. Hal ini akan menyebabkan siswa dapat miskonsepsi tentang materi yang dipelajari. Menurut teman-teman semua, bagaimana cara mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa karena materi pelajaran yang didapatkan dari internet?

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=110715&val=3929

Komentar

  1. menurut saya tidak apa-apa siswa mengambil materi dari internet atau belajar melalui internet terutama blog, dengan internet siswa bisa menambah pengetahuan siswa, yang ditakutkan siswa miskonsepsi, untuk mengatasi siswa miskonsepsi siswa tersebut mendiskusikan materi yang dia dapat kan dari blog keguru bidang study nya, mngkin dengan itu mengurangi miskonsepsi pada siswa tersebut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika siswa tersebut tidak mendiskusikannya dengan guru bagaimana?
      Biasanya siswa cuek dan langsung menerima apa yang dia dapatkan

      Hapus
  2. menurut saya cara untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa karena materi pelajaran yang didapatkan dari internet adalah dengan membahasnya dikelas, meskipun materi pembelajaran itu bisa didapat dari internet dengan mudah, namun tetap saja dibutuhkan peran seorang guru disini, untuk mengarahkan atau membimbing siswa agar tidak terjadi miskonsepsi.

    BalasHapus
  3. Menurut saya itu tergantung siswa sendiri yg membuat dia miskonsepsi. Seharus sebagai siswa dia hrus kritis dan kreatif saat mencari materi diinternet. Saat kita mencari materi seharusnya materi yg dicari jangan satu web saja tetapi 3/lebih web trs dbandingkan yg mana yg hampir2 mirip.

    BalasHapus
  4. Oleh sebab itu seharusnya guru mengigatkan siswa untuk tidak mencari materi diinternet yang belum tahu diketahui kebenarannya. jika pun harus mencari diinternet, maka sebaikannya guru menganjurkan siswa untuk tidak mengambil/mempercayai hanya satu sumber saja. jika ada perbedaan konsep atau lain sebagainya maka perlu didiskusikan pada saat proses pembelajaran berlangsung...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika sumber belajar tidak didapatkan dari internet? Bagaimna siswa yg tidak pernah membeli buku dan keperpus pun jarang

      Hapus
    2. Jika sumber belajar tidak didapatkan dari internet? Bagaimna siswa yg tidak pernah membeli buku dan keperpus pun jarang

      Hapus
  5. menurut saya sebaiknya siswa mencari informasi tentang materi pembelajaran pada buku pembelajaran dimana buku merupakan sumber informasi yang valid dibandingkan dari internet. jadi sebaiknya jika siswa mencari sumber informasi diinernet juga ditambah dengan informasi dari buku sehingga data yang didapatkan tidak terjadi kekeliruan informasi yang tidak valid.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Quantum Teaching Learning Model

Penelitian Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Kimia

Basic Skill Lab pada Praktikum Kimia