Penilaian Autentik
Review Kuliah Pertemuan
ke-5
Kendala Kurikulum 2013
di SMA
Yang menjadi kendala
pada penerapan Kurikulum 2013 di SMA yaitu:
1.
Proses Pembelajaran
Proses
pembelajaran di SMA tertentu masih terbiasa dengan sistem Teacher Center dan
sulit untuk mengubahnya ke Student Center.
2.
Sumber belajar siswa
Buku
mata pelajaran jurusan umunya tidak ada dan kurangnya proyektor atau sarana dan
prasarana yang ada di sekolah untuk menunjang pembelajaran
3.
Pemintan
Banyak
siswa yang salah memilih jurusan. Kebanyakan dari siswa memilih jurusan karena
faktor ikut-ikutan dengan temannya. Sehingga dengan jurusannya sekarang, ia
mendapat nilai yang kurang bagus.
4.
UN Pilihan
Saat
ini Ujian Nasional mengenai mata pelajaran IPA (Kimia, Biologi, Fisika) menjadi
UN pilihan, sehingga banyak siswa yang memilih
Mata Pelajaran yang mudah seperti Biologi. Sedangkan Mata Pelajaran
Fisika dan Kimia sangat sedikit yang meminatinya.
Materi kuliah pertemuan
ke-6
PENILAIAN
AUTENTIK
Penilaian autentik
(Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan
atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian,
pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari
asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih
bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar
sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan
prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi
luar sekolah.
Salah satu
penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Seperti yang kita
ketahui penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan
gambaran mengenai perkembangan siswa setelah siswa mengalami proses
pembelajaran. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan
berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang
ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) (Kunandar,2013:35-36).
Pada
penilaian autentik, siswa diminta untuk menerapkan konsep atau teori dalam
keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki
siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan keseimbangan antara penilaian
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan
perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan jenjangnya. Contohnya untuk
PAUD, TK dan SD, lebih banyak porsinya pada soft skill (misalnya kemampuan yang
perlu dilatih dan diukur, antara lain: mengamati, motivasi berprestasi, kemauan
kerja keras, disiplin, berkomunikasi, tata krama, dll) daripada penilaian hard
skill (pengukuran penguasaan pengetahuan dan keterampilan).
Berikut
adalah ciri-ciri penilaian autentik:
a. Mengukur
semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.
b. Dilaksanakan
selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
c. Menggunakan
berbagai cara dan sumber.
d. Tes
hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.
e. Tugas-tugas
yang diberikan mencerminkan bagian-bagian kehidupan nyata setiap hari.
f. Penilaian
harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan keluasannya
(kuantitas).
Sedangkan karakteristik penilaian autentik, adalah sebagai
berikut:
a. Bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian kompetensi terhadap satu
kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian terhadap standar kompetensi atau
kompetensi inti dalam satu semester (sumatif).
b. Mengukur
keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, menekankan pencapaian
kompetensi keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan kompetensi
yang sifatnya hafalan dan ingatan.
c. Berkesinambungan
dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk
mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi siswa.
d. Dapat
digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap
pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif.
Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik di
atas, maka proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pembelajaran dan mencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari. Sehingga
dalam merancang penilaian autentik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip,
sebagai berikut: penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan
kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar;
penilaian harus bersifat holistik mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran
(sikap, keterampilan dan pengetahuan).
Jenis-Jenis
Penilaian Autentik:
1. Penilaian Kinerja
Dalam implimentasi kurikulum 2013, amat di anjurkan agar guru
lebih mengutamakan penilaian unjuk kerja. Peserta didik diamati dan dinilai
bagaimana mereka dapat bergaul; bagaimana mereka bersosialisasi di masyarakat
dan bagaimana mereka menerapkan pembelajaran di kelas dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam hubungan nya
dengan penilaian unjuk kerja, leighbody ( dalam mulyasa 2012) mengemukakan
elemen kerja yang dapat di ukur : (1) kualitas penyelesaian, (2) keterampilan
mengunakan alat-alat, (3) kemampuan menganalisis dan merencanakan terus bekerja
sampai selesai, (4) kemampuan menggambil keputusan berdasarkan amplikasi
informasi yang diberikan, dan (5) kemampuan membaca, mengunakan diagram,
gambar-gambar, dan simbol-simbol.
2.
Penilaian
Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan
penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang
dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek
bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan.
3.
Penilaian
Portofolio
Portofolio adalah kumpulan-kumpulan tugas yang dikerjakan
peserta didik. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa penilaian portofolio
adalah penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu. Penilaian portofilio dapat dilakukan bersma-sam oleh
guru dan peserta didik, melalui suatu diskusi untuk membahas hasil kerja
peserta didik, kemudian menentukan hasil penilaian atau skor.
4.
Penilaian
Tertulis
Penilaian
tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis berbentuk
uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian
sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Tes tertulis berbentuk esai
menuntut dua jenis pola jawaban,
1) jawaban terbuka (extended-response)
2) jawaban terbatas (restricted-response).
5.
Penilaian Sikap
Kunandar (2013:105) membagi lima
jenjang proses berpikir ranah sikap, yaitu menerima atau memerhatikan, merespon
atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola, dan berkarakter.
Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
1) Sikap
terhadap mata pelajaran.
2) Sikap
terhadap guru/ pengajar.
3) Sikap
terhadap proses pembelajaran.
6.
Penilaian Diri
Penggunaan teknik ini dapat memberi
dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Keuntungan penggunaan penilaian diri
di kelas antara lain:
1)
dapat
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri;
2)
peserta
didik menyadari kekuatan darri kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
3)
dapat
mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena
mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
7.
Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya
menggunakan cara holistik atau analitik.Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan
keseluruhan dari produk. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk,
biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap
proses pengembangan Kunandar (2013 : 299).
Permasalahan :
Pada Penilaian Autentik
ini, salah satunya adalah Penilaian Diri. Dalam Penilaian Diri, siswa dapat
menilai dirinya sendiri. Apakah penilaian ini dapat berjalan dengan baik dan
efektif?
menurut saya jika siswa melakukan penilaian diri dengan jujur maka penilaian diri ini akan berjalan baik dan efektif . tetapi banyak siswa yang tidak jujur dalam mengisi penilaian diri sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sehingga terkadang penilaian diri yang dibuat siswa tidak sesuai dengan fakta. lalu bagaimana menurut anada agar penilaian diri yang dilakaukan siswa menjadi valid.
BalasHapus